Konflik siber antara Iran dan Israel telah memasuki fase baru yang sangat berbahaya. Sementara roket terbang melintasi langit, perang digital yang tak henti-hentinya sedang berkecamuk di bawah permukaan — yang bisa segera mengancam Amerika Serikat itu sendiri. Kedua negara saling menyerang tidak hanya dengan senjata, tetapi juga melalui keyboard dan pusat data.
🔹 Serangan Siber Mengiringi Serangan Militer
Menurut pejabat AS, serangan siber Israel dan Iran meningkat seiring dengan operasi militer. Penyerang menargetkan infrastruktur kunci — bank, sistem energi, dan platform kripto — dengan tujuan melumpuhkan lawan, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan menciptakan kekacauan.
🔹 Peretas Israel Menyerang Keras: $90 Juta Dicuri Dari Pertukaran Iran
Sebuah kelompok peretas yang dikenal sebagai Predatory Sparrow, yang diyakini terkait dengan Israel, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan siber besar-besaran terhadap bursa cryptocurrency terkemuka Iran, Nobitex, mencuri sejumlah uang yang mengejutkan sebesar $90 juta. Mereka juga mematikan bank negara Iran, Sepah, yang mempengaruhi ribuan pelanggan. Kelompok tersebut bahkan mempublikasikan sebagian kode sumber Nobitex di media sosial.
🔹 Iran Menanggapi dengan Penutupan dan Pengawasan
Sebagai tanggapan, Iran memblokir akses internet, menghapus video anti-pemerintah dari televisi pemerintah, dan memberlakukan kontrol ketat pada teknologinya sendiri. Pejabat tinggi dilaporkan diperintahkan untuk mematikan semua perangkat yang terhubung ke internet, terutama ponsel, untuk mengurangi paparan serangan siber di masa depan. Rezim jelas berusaha mempertahankan kontrol informasi atas penduduk.
🔹 Amerika Siaga Tinggi: “Perisai Naik!”
Pejabat AS sedang membunyikan alarm. Serangan udara AS baru-baru ini terhadap situs nuklir Iran dapat memicu pembalasan digital yang menargetkan AS secara langsung. Para ahli memperingatkan bahwa peretas Iran mungkin berusaha untuk meretas jaringan listrik, sistem air, atau jaringan telekomunikasi di seluruh negeri.
"Kemampuan siber adalah alat kunci dalam strategi perang asimetris Iran," peringat Alex Vatanka, seorang analis Timur Tengah. Sementara Iran masih tertinggal dari Israel dan AS dalam kemampuan siber, ia menjadi semakin berbahaya.
🔹 Warga Amerika dan Perusahaan Setiap Hari Bisa Menjadi Target
Sistem Peringatan Terorisme Nasional AS mengeluarkan peringatan publik, memperingatkan kemungkinan serangan terhadap "jaringan yang kurang aman dan perangkat yang terhubung ke internet." Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) tetap diam secara resmi, tetapi di balik layar, langkah-langkah darurat sedang diambil.
Jen Easterly, mantan direktur CISA, menulis di LinkedIn: “Perisai siap. Harapkan aktivitas siber jahat.” Dia mengingatkan publik bahwa Iran memiliki sejarah panjang serangan siber terhadap target sipil — dari rumah sakit dan pipa hingga situs keuangan dan pemerintah.
🔹 Sejarah Retaliasi Digital
Pada tahun 2023, peretas Iran membobol sebuah rumah sakit di Israel dan membocorkan data pasien. Sebagai balasan, sekelompok peretas Israel mematikan sebagian besar jaringan pompa bahan bakar Iran, menyebabkan gangguan di seluruh negeri. Vatanka mengatakan Israel masih memiliki keunggulan, meskipun Iran dengan cepat meningkatkan kemampuan ofensifnya.
🔹 Taktik Pengawasan: Kamera, Panggilan, dan Media Sosial
Menurut otoritas siber Israel, Iran sekali lagi mencoba meretas kamera pengawas yang terhubung ke internet untuk tujuan pemantauan. Serangan ini murah, cepat, sulit dideteksi — dan sangat efektif. Israel telah memperingatkan warganya di luar negeri untuk tidak mengklik tautan mencurigakan atau mengisi formulir digital yang tidak familiar, karena mungkin mengumpulkan data pribadi untuk tujuan intelijen.
Ribuan pager dilaporkan meledak di Lebanon setelah dilacak oleh intelijen Israel. Hasilnya: beberapa cedera dan peringatan tegas tentang bagaimana perang fisik dan digital menyatu.
🔹 AS Menghadapi Risiko yang Kian Meningkat dari Spionase Siber
John Hultquist, seorang analis ancaman di Google, mengatakan bahwa ancaman terbesar saat ini adalah spionase siber yang menargetkan kepemimpinan AS. Penyerang dapat mengeksploitasi data dari hotel, perjalanan, atau sistem telekomunikasi untuk memantau dan melacak individu berprofil tinggi.
“Apa yang paling membuat saya khawatir adalah bahwa data ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak secara fisik orang-orang yang perlu kita lindungi,” peringat Hultquist.
Ringkasan: Perang digital antara Iran dan Israel bukan lagi konflik regional. Dengan meningkatnya serangan dan ancaman siber yang canggih, situasi ini bisa meluas ke Amerika Serikat kapan saja. Para peretas saat ini tidak hanya mencuri data — mereka berjuang untuk kekuasaan, intelijen, dan dominasi strategis.
#Israel , #iran , #CyberWar , #usa , #worldnews
Tetap selangkah lebih maju – ikuti profil kami dan tetap informasi tentang segala hal penting di dunia cryptocurrency!
Pemberitahuan:
,,Informasi dan pandangan yang disajikan dalam artikel ini ditujukan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat investasi dalam situasi apapun. Konten halaman-halaman ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau bentuk nasihat lainnya. Kami memperingatkan bahwa berinvestasi dalam cryptocurrency dapat berisiko dan dapat menyebabkan kerugian finansial.“
Konten ini hanya untuk referensi, bukan ajakan atau tawaran. Tidak ada nasihat investasi, pajak, atau hukum yang diberikan. Lihat Penafian untuk pengungkapan risiko lebih lanjut.
Perang Siber Antara Iran dan Israel Meningkat – Bahkan AS Kini Berisiko
Konflik siber antara Iran dan Israel telah memasuki fase baru yang sangat berbahaya. Sementara roket terbang melintasi langit, perang digital yang tak henti-hentinya sedang berkecamuk di bawah permukaan — yang bisa segera mengancam Amerika Serikat itu sendiri. Kedua negara saling menyerang tidak hanya dengan senjata, tetapi juga melalui keyboard dan pusat data.
🔹 Serangan Siber Mengiringi Serangan Militer
Menurut pejabat AS, serangan siber Israel dan Iran meningkat seiring dengan operasi militer. Penyerang menargetkan infrastruktur kunci — bank, sistem energi, dan platform kripto — dengan tujuan melumpuhkan lawan, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan menciptakan kekacauan.
🔹 Peretas Israel Menyerang Keras: $90 Juta Dicuri Dari Pertukaran Iran
Sebuah kelompok peretas yang dikenal sebagai Predatory Sparrow, yang diyakini terkait dengan Israel, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan siber besar-besaran terhadap bursa cryptocurrency terkemuka Iran, Nobitex, mencuri sejumlah uang yang mengejutkan sebesar $90 juta. Mereka juga mematikan bank negara Iran, Sepah, yang mempengaruhi ribuan pelanggan. Kelompok tersebut bahkan mempublikasikan sebagian kode sumber Nobitex di media sosial.
🔹 Iran Menanggapi dengan Penutupan dan Pengawasan
Sebagai tanggapan, Iran memblokir akses internet, menghapus video anti-pemerintah dari televisi pemerintah, dan memberlakukan kontrol ketat pada teknologinya sendiri. Pejabat tinggi dilaporkan diperintahkan untuk mematikan semua perangkat yang terhubung ke internet, terutama ponsel, untuk mengurangi paparan serangan siber di masa depan. Rezim jelas berusaha mempertahankan kontrol informasi atas penduduk.
🔹 Amerika Siaga Tinggi: “Perisai Naik!”
Pejabat AS sedang membunyikan alarm. Serangan udara AS baru-baru ini terhadap situs nuklir Iran dapat memicu pembalasan digital yang menargetkan AS secara langsung. Para ahli memperingatkan bahwa peretas Iran mungkin berusaha untuk meretas jaringan listrik, sistem air, atau jaringan telekomunikasi di seluruh negeri. "Kemampuan siber adalah alat kunci dalam strategi perang asimetris Iran," peringat Alex Vatanka, seorang analis Timur Tengah. Sementara Iran masih tertinggal dari Israel dan AS dalam kemampuan siber, ia menjadi semakin berbahaya.
🔹 Warga Amerika dan Perusahaan Setiap Hari Bisa Menjadi Target
Sistem Peringatan Terorisme Nasional AS mengeluarkan peringatan publik, memperingatkan kemungkinan serangan terhadap "jaringan yang kurang aman dan perangkat yang terhubung ke internet." Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) tetap diam secara resmi, tetapi di balik layar, langkah-langkah darurat sedang diambil. Jen Easterly, mantan direktur CISA, menulis di LinkedIn: “Perisai siap. Harapkan aktivitas siber jahat.” Dia mengingatkan publik bahwa Iran memiliki sejarah panjang serangan siber terhadap target sipil — dari rumah sakit dan pipa hingga situs keuangan dan pemerintah.
🔹 Sejarah Retaliasi Digital
Pada tahun 2023, peretas Iran membobol sebuah rumah sakit di Israel dan membocorkan data pasien. Sebagai balasan, sekelompok peretas Israel mematikan sebagian besar jaringan pompa bahan bakar Iran, menyebabkan gangguan di seluruh negeri. Vatanka mengatakan Israel masih memiliki keunggulan, meskipun Iran dengan cepat meningkatkan kemampuan ofensifnya.
🔹 Taktik Pengawasan: Kamera, Panggilan, dan Media Sosial
Menurut otoritas siber Israel, Iran sekali lagi mencoba meretas kamera pengawas yang terhubung ke internet untuk tujuan pemantauan. Serangan ini murah, cepat, sulit dideteksi — dan sangat efektif. Israel telah memperingatkan warganya di luar negeri untuk tidak mengklik tautan mencurigakan atau mengisi formulir digital yang tidak familiar, karena mungkin mengumpulkan data pribadi untuk tujuan intelijen. Ribuan pager dilaporkan meledak di Lebanon setelah dilacak oleh intelijen Israel. Hasilnya: beberapa cedera dan peringatan tegas tentang bagaimana perang fisik dan digital menyatu.
🔹 AS Menghadapi Risiko yang Kian Meningkat dari Spionase Siber
John Hultquist, seorang analis ancaman di Google, mengatakan bahwa ancaman terbesar saat ini adalah spionase siber yang menargetkan kepemimpinan AS. Penyerang dapat mengeksploitasi data dari hotel, perjalanan, atau sistem telekomunikasi untuk memantau dan melacak individu berprofil tinggi. “Apa yang paling membuat saya khawatir adalah bahwa data ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak secara fisik orang-orang yang perlu kita lindungi,” peringat Hultquist.
Ringkasan: Perang digital antara Iran dan Israel bukan lagi konflik regional. Dengan meningkatnya serangan dan ancaman siber yang canggih, situasi ini bisa meluas ke Amerika Serikat kapan saja. Para peretas saat ini tidak hanya mencuri data — mereka berjuang untuk kekuasaan, intelijen, dan dominasi strategis.
#Israel , #iran , #CyberWar , #usa , #worldnews
Tetap selangkah lebih maju – ikuti profil kami dan tetap informasi tentang segala hal penting di dunia cryptocurrency! Pemberitahuan: ,,Informasi dan pandangan yang disajikan dalam artikel ini ditujukan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat investasi dalam situasi apapun. Konten halaman-halaman ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau bentuk nasihat lainnya. Kami memperingatkan bahwa berinvestasi dalam cryptocurrency dapat berisiko dan dapat menyebabkan kerugian finansial.“